DAFTAR
ISI
Daftar isi
...............................................................................................i
Bab I : Pendahuluan .......................................................................... 1
I.1.Tujuan
................................................................................. 1
I.2.Dasar
Teori .......................................................................... 1
Bab II : Alat dan Bahan .................................................................... 4
II.1.
Alat ................................................................................... 4
II.2.
Bahan................................................................................ 4
Bab III : Percobaan............................................................................. 5
III.1.
Langkah Kerja................................................................. 5
Bab IV : Hasil dan Pembahsan ......................................................... 7
I.1.
Hasil ................................................................................... 7
I.2.
Pembahsan ......................................................................... 7
Bab V : Analisa ................................................................................... 9
Bab VI : Kesimpulan........................................................................ 11
|
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. TUJUAN
Untuk mempelajari dan
melatih cara-cara pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu
I.2. DASAR TEORI
Campuran
zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba
sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut
atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut (solute) merupakan komponen yang
jumlahnya sedikit, seadangkan pelarut (solvent) adalah komponen yang terdapat
dalam jumlah yang banyak (Achmad, 1996 : 1).
Jika dua zat
yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga kemungkinan, yaitu bereaksi,
bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan menghasilkan zat baru yang
sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi
antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh
sebab itu, campuran dapat dibagi atas gas – gas, gas – padat, cair – cair, cair
– padat, dan padat – padat (Syukri, 1999 : 350)
Bila dua atau
lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3
kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua
jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara
mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen dan tidak dapat dipisahkan secara
mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogen
antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau
padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Sukardjo,
1997 : 141)
Ada dua komponen
yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam
pelarut tersebut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan
larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan
dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut.
Larutan dapat berupa padat dan gas, karena molekul-molekul gas berpisah jauh,
molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua gas adalah
larutan, contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi, 1994 : 51)
Untuk
menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut,
dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah
volume tertentu dari pelarut.
n
Secara sistematis dirumuskan dengan : M =
V
Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi,
yaitu fraksi mol, molaritas (kemolaran), molalitas (kemolalan), normalitas
(kenormalan), ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume
(Baroroh, 2004).
Kemolaran (M)
adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan, Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 g
pelarut murni dan Kenormalan (N) adalah
jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Part per million (ppm)
adalah miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan, Persen massa (% w) adalah
perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikalikan 100 % dan Persen
volume (% V) adalah perbandingan volume zat terlaut dengan volume larutan.
(Syukri, 1999: 356-359)
Dalam perhitungan yang umum dipakai adalah mol, hubungan antara
massa dengan mol adalah
massa
unsur (g) massa
senyawa (g)
mol unsur = mol
senyawa =
Ar unsur
Mr
senyawa
(Syukri, 1999: 43)
Berdasarkan tingkat keasaman (pH), larutan dibedakan menjadi
larutan asam, basa, dan netral. Larutan asam mempunyai pH <7, larutan basa
mempunyai pH >7, dan larutan netral mempunyai pH 7. Larutan asam adalah
larutan yang mempunyai ion H+ dan larutan basa adalah larutan yang
mempunyai ion OH-. Larutan asam terbagi menjadi larutan asam kuat
dan asam lemah. Larutan asam kuat ialah larutan asam yang terionisasi sempurna
(∞ = 1). Sedangkan larutan asam lemah ialah larutan asam yang tidak terionisasi
sempurna. Larutan basa terbagi menjadi larutan basa kuat dan basa lemah. Larutan
basa kuat ialah larutan basa yang berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida
dalam larutan atau terionisasi sempurna dan merupakan larutan elektrolit kuat.
Sedangkan larutan basa lemah ialah larutan basa yang tidak berubah seluruhnya
menjadi ion hidroksida dalam larutan atau lebih sukar terionisasi dan merupakan
larutan elektrolit lemah.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
II.1. ALAT
- Neraca
- Kaca Arloji
- Labu Volumetrik
- Gelas Kimia
II.2. BAHAN
-
HI
-
Al(OH)3
-
Aquades
BAB III
PERCOBAAN
III.1. LANGKAH KERJA
a) Membuat 500 ml larutan HI 0,75 M
- Menghitung massa zat terlarut HI pada neraca yang dilapisi dengan kaca arloji.
- Masukkan massa zat HI yang sudah ditimbang kedalam labu volumetrik yang telah berisi sedikit air
- Tambahkan aquades sampai volume akhir tepat 500 ml.
- Kemudian kocok perlahan sehingga larutan tercampur dengan rata.
- Lalu pindahkan larutan tersebut kedalam gelas kimia dengan menggunakan corong.
- Beri nama (label) di depan gelas kimia HI 0,75 M.
b) Membuat larutan Al(OH)3 0,75 M 250 ml
- Menghitung massa zat terlarut Al(OH)3 pada neraca yang dilapisi dengan kaca arloji.
- Masukkan massa zat Al(OH)3 yang sudah ditimbang kedalam labu volumetrik yang telah berisi sedikit air
- Tambahkan aquades sampai volume akhir tepat 250 ml.
- Kemudian kocok perlahan sehingga larutan tercampur dengan rata.
- Lalu pindahkan larutan tersebut kedalam gelas kimia dengan menggunakan corong.
- Beri nama (label) di depan gelas kimia Al(OH)3 0,75 M.
|
|||
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL
a.Membuat larutan asam kuat HI 0,75 M
Zat Terlarut
|
Massa Zat Terlarut
|
HI
|
48 gram
|
Aquades
|
500 gram/ 0,5 liter
|
b.Membuat larutan basa
lemah Al(OH)3 0,75 M
Zat Terlarut
|
Molaritas Zat Terlarut
|
Al(OH)3
|
9gram
|
Aquades
|
250 gram/ 0,25 liter
|
IV.2. PEMBAHSAN
Dalam suatu larutan yang
sudah direaksikan mempunyai konsentrasi dalam larutan tersebut. Konsentrasi
diperoleh dari perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut. Perbandingan tersebut
dapat diungkapkan dengan dua cara, yaitu: 1) Kemolaran yaitu perbandingan
jumlah zat terlarut dalam tiap liter larutan, 2) Kemolalan yaitu perbandingan
jumlah zat terlarut dalam tiap 1.000 g pelarut murni. Jumlah zat terlarut
diperoleh dari massa zat terlarut dan molekul relatif atau atom relatifnya.
Massa zat terlarut berasal dari berapa gram yang dibutuhkan untuk pembuatan
suatu larutan dan molekul relatif berasal dari berapa nomor atom dari suatu zat
terlarut yang sudah dilarutkan dan diperoleh hasil konsentrasi tiap larutan
tersebut.
Dan dalam tiap mililiter larutan tersebut memiliki
kesamaan dalam konsentrasinya. Konsentrasi berubah bila diadakan proses
pengenceran atau pencampuran.
BAB V
ANALISA
1.
Persamaan reaksi
-
HI(s) + H2O(l)
→ H3O+
(aq) + I -(aq)
-
Al(OH)3 (s) +
H2O (l) → 3Al+ (aq)
+ OH -(aq)
2.
Tabel
No.
|
Larutan
|
Konsentrasi
|
Volume Larutan
|
1.
|
HI (asam kuat)
|
0,75 M
|
500 ml
|
2.
|
Al(OH)3 (basa
lemah)
|
0,75 M
|
250 ml
|
3. Perhitungan
a. Massa HI
Dik
: Konsentrasi HI ⇒ 0,75 M dalam 0,5 liter zat pelarut
Ar HI ⇒ 128
Dit
: Massa HI?
Jawab :
Mol HI = Molaritas x Volume
zat pelarut
= 0,75 M x 0,5 liter
= 0,375 mol
Massa HI = Mol HI x Mr HI
= 0,375 mol x 128
= 48 gram
⇒ % massa HI = (gram zat terlarut : gram
larutan) x 100 %
= ( 48 gram : 500 gram) x 100 %
= 9,6 % w
b. Massa Al(OH)3
Dik
: Konsentrasi Al(OH)3 ⇒ 0,75 M dalam 1
liter zat pelarut
Ar Al(OH)3
⇒ 128
Dit
: Massa Al(OH)3?
Jawab : Mol
Al(OH)3= Molaritas x Volume zat pelarut
= 0,75 M x 0,25 liter
= 0,1875 mol
Massa Al(OH)3
= Mol Al(OH)3 x Mr Al(OH)3
= 0,1875 x 48
= 9 gram
⇒ % massa Al(OH)3 = (gram zat terlarut : gram larutan) x 100 %
= ( 9 gram : 250 gram) x 100 %
=
3,6 % w
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang kita lakukan dapat
disimpulkan, bahwa dalam percobaan tersebut adalah:
1.
Dalam tiap miliiter
suatu larutan terdapat konsentrasi (molaritas atau molalitasnya).
2.
Sifat suatu larutan
tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada
konsentrasi zat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Achmad, Hiskia.
1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
2.
Karyadi,
Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.
- Keenan, W.K, dkk, 1989, Kimia Untuk Universitas, penerbit: Erlangga, jakarta
4.
Sukardjo. 1997.
Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Syukri, 1999, kimia dasar jilid 1 & 2, penerbit: ITB, Bandung