Rabu, 26 Februari 2014

Laporan Praktikum Kimia Dasar (Pembuatan Larutan)

DAFTAR ISI

Daftar isi ...............................................................................................i
Bab I : Pendahuluan .......................................................................... 1
            I.1.Tujuan ................................................................................. 1
            I.2.Dasar Teori .......................................................................... 1           
Bab II : Alat dan Bahan .................................................................... 4 
            II.1. Alat ................................................................................... 4                  
            II.2. Bahan................................................................................ 4                  
Bab III : Percobaan............................................................................. 5
            III.1. Langkah Kerja................................................................. 5
Bab IV : Hasil dan Pembahsan ......................................................... 7
            I.1. Hasil ................................................................................... 7
            I.2. Pembahsan ......................................................................... 7          
Bab V : Analisa ................................................................................... 9      
Bab VI : Kesimpulan........................................................................ 11                        

 
Daftar Pustaka...................................................................................12


BAB I
PENDAHULUAN

I.1.     TUJUAN
           Untuk mempelajari dan melatih cara-cara pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu
I.2.     DASAR TEORI
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut (solute) merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, seadangkan pelarut (solvent) adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak (Achmad, 1996 : 1).
Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas gas – gas, gas – padat, cair – cair, cair – padat, dan padat – padat (Syukri, 1999 : 350)
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen dan tidak dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Sukardjo, 1997 : 141)
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas, karena molekul-molekul gas berpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua gas adalah larutan, contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi, 1994 : 51)
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah
volume tertentu dari pelarut.
                                                                           n
Secara sistematis dirumuskan dengan : M =  
                                                                           V
Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas (kemolaran), molalitas (kemolalan), normalitas (kenormalan), ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan, Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 g pelarut murni dan  Kenormalan (N) adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Part per million (ppm) adalah miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan, Persen massa (% w) adalah perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikalikan 100 % dan Persen volume (% V) adalah perbandingan volume zat terlaut dengan volume larutan. (Syukri, 1999: 356-359)
Dalam perhitungan yang umum dipakai adalah mol, hubungan antara massa dengan mol adalah
              massa unsur (g)                                        massa senyawa (g)
mol unsur =                                         mol senyawa =
                             Ar  unsur                                                  Mr  senyawa
 (Syukri, 1999: 43)
Berdasarkan tingkat keasaman (pH), larutan dibedakan menjadi larutan asam, basa, dan netral. Larutan asam mempunyai pH <7, larutan basa mempunyai pH >7, dan larutan netral mempunyai pH 7. Larutan asam adalah larutan yang mempunyai ion H+ dan larutan basa adalah larutan yang mempunyai ion OH-. Larutan asam terbagi menjadi larutan asam kuat dan asam lemah. Larutan asam kuat ialah larutan asam yang terionisasi sempurna (∞ = 1). Sedangkan larutan asam lemah ialah larutan asam yang tidak terionisasi sempurna. Larutan basa terbagi menjadi larutan basa kuat dan basa lemah. Larutan basa kuat ialah larutan basa yang berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan atau terionisasi sempurna dan merupakan larutan elektrolit kuat. Sedangkan larutan basa lemah ialah larutan basa yang tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan atau lebih sukar terionisasi dan merupakan larutan elektrolit lemah.




BAB II
ALAT DAN BAHAN
II.1.     ALAT
-       Neraca
-       Kaca Arloji
-       Labu Volumetrik
-       Gelas Kimia
II.2.     BAHAN
-        HI
-        Al(OH)3
-        Aquades


















BAB III
PERCOBAAN
III.1. LANGKAH KERJA
a) Membuat 500 ml larutan HI 0,75 M
  1. Menghitung massa zat terlarut HI pada neraca yang dilapisi dengan kaca arloji.
  2. Masukkan massa zat HI yang sudah ditimbang kedalam labu volumetrik yang telah berisi sedikit air
  3. Tambahkan aquades sampai volume akhir tepat 500 ml.
  4. Kemudian kocok perlahan sehingga larutan tercampur dengan rata.
  5. Lalu pindahkan larutan tersebut kedalam gelas kimia dengan menggunakan corong.
  6. Beri nama (label) di depan gelas kimia HI 0,75 M.









b) Membuat larutan Al(OH)3 0,75 M 250 ml
  1. Menghitung massa zat terlarut Al(OH)3   pada neraca yang dilapisi dengan kaca arloji.
  2. Masukkan massa zat Al(OH)3  yang sudah ditimbang kedalam labu volumetrik yang telah berisi sedikit air
  3. Tambahkan aquades sampai volume akhir tepat 250 ml.
  4. Kemudian kocok perlahan sehingga larutan tercampur dengan rata.
  5. Lalu pindahkan larutan tersebut kedalam gelas kimia dengan menggunakan corong.
  6. Beri nama (label) di depan gelas kimia Al(OH)3   0,75 M.






dckdk.jpg


 

 










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL
a.Membuat larutan asam kuat HI 0,75 M
Zat Terlarut
Massa Zat Terlarut
HI
48 gram
Aquades
500 gram/ 0,5 liter

b.Membuat larutan basa lemah Al(OH)3 0,75 M
Zat Terlarut
Molaritas Zat Terlarut
Al(OH)3
9gram
Aquades
250 gram/ 0,25 liter


IV.2. PEMBAHSAN
Dalam suatu larutan yang sudah direaksikan mempunyai konsentrasi dalam larutan tersebut. Konsentrasi diperoleh dari perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut. Perbandingan tersebut dapat diungkapkan dengan dua cara, yaitu: 1) Kemolaran yaitu perbandingan jumlah zat terlarut dalam tiap liter larutan, 2) Kemolalan yaitu perbandingan jumlah zat terlarut dalam tiap 1.000 g pelarut murni. Jumlah zat terlarut diperoleh dari massa zat terlarut dan molekul relatif atau atom relatifnya. Massa zat terlarut berasal dari berapa gram yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu larutan dan molekul relatif berasal dari berapa nomor atom dari suatu zat terlarut yang sudah dilarutkan dan diperoleh hasil konsentrasi tiap larutan tersebut.
Dan dalam tiap mililiter larutan tersebut memiliki kesamaan dalam konsentrasinya. Konsentrasi berubah bila diadakan proses pengenceran atau pencampuran.


BAB V
ANALISA
1.      Persamaan reaksi
-       HI(s) + H2O(l) H3O+ (aq) + I -(aq)
-       Al(OH)3 (s) + H2O (l) 3Al+ (aq) + OH -(aq)
2.      Tabel

No.
Larutan
Konsentrasi
Volume Larutan
1.
HI (asam kuat)
0,75 M
500 ml
2.
Al(OH)3 (basa lemah)
0,75 M
250 ml


3.      Perhitungan
a.       Massa HI
Dik      : Konsentrasi HI    0,75 M dalam 0,5 liter zat pelarut
               Ar HI                 128
Dit       : Massa HI?
Jawab  :     Mol HI      = Molaritas x Volume zat pelarut
                                    = 0,75 M x 0,5 liter
                                    = 0,375 mol
                Massa HI     = Mol HI x Mr HI
                                    = 0,375 mol x 128
                                    = 48 gram
   % massa HI = (gram zat terlarut : gram larutan) x 100 %  
                          = ( 48 gram : 500 gram) x 100 %  
                          =  9,6 % w

b.      Massa Al(OH)3
Dik      : Konsentrasi Al(OH)3    0,75 M dalam 1 liter zat pelarut
               Ar Al(OH)3                128
Dit       : Massa Al(OH)3?
Jawab  :  Mol Al(OH)3= Molaritas x Volume zat pelarut
                                    = 0,75 M x 0,25 liter
                                    = 0,1875 mol
               Massa Al(OH)3 = Mol Al(OH)3 x Mr Al(OH)3
                                         = 0,1875 x 48
                                         = 9 gram
   % massa Al(OH)3 = (gram zat terlarut : gram larutan) x 100 %  
                                     = ( 9 gram : 250 gram) x 100 %  
                                    =  3,6 % w


BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang kita lakukan dapat disimpulkan, bahwa dalam percobaan tersebut adalah:
1.    Dalam tiap miliiter suatu larutan terdapat konsentrasi (molaritas atau molalitasnya).
2.    Sifat suatu larutan tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada konsentrasi zat terlarut.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
2.      Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.
  1. Keenan, W.K, dkk, 1989, Kimia Untuk Universitas, penerbit: Erlangga, jakarta
4.      Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  1. Syukri, 1999, kimia dasar jilid 1 & 2, penerbit: ITB, Bandung