Selasa, 25 Maret 2014

praktikum tata letak daun, rumus daun dan diagram daun



PRAKTIKUM IV

Topik               : Tata letak daun, rumus daun dan diagram daun
Tujuan             : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan   
                           rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun
Hari / tanggal  : Kamis, 13 Maret 2014
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 


I.       ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat :
  1. Baki/nampan
  2. Alat tulis
B.     Bahan-bahan :
  1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
  2. Ranting Alamanda (Allamanda chatartica L.)
  3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
  4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
  5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

II.    CARA KERJA
1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirostik dan tripirostik).
2.      Menentukan rumus daun : 1/2, 2/5, 3/8, dst.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun.

III.    TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah pada batang dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun  berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8,  5/13,  8/21 dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun, dapat dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.    Bagan Tata Letak Daun
            Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.     Diagram Tata Letak Daun
            Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.    Spirostik dan Parastik
            Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya tata letak daun pada batang mengikuti garis spiral tadi, yang diberi nama lain spirostik.
            Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daun-daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut kearah ke samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya lagi ke kanan. Dari sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut parastik.


IV.    HASIL PENGAMATAN
A.    Tabel hasil pengamatan
No.
Nama Spesies
Tata Letak daun
Rumus daun
1.
Hibiscus rosa-sinensis
Tunggal tersebar
2/5
2.
Allamanda cathartica L.
Berkarang
-
3.
Pandanus sp
Trispirostik
-
4.
Amaranthus spinosus L.
Tunggal tersebar
2/5
5.
Carica papaya L.
Tunggal tersebar
3/8

B.     Gambar, bagan, dan diagram hasil pengamatan
1.   Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
a.       Gambar
Keterangan:
a.       Tangkai
b.      daun






                       
                        Tata letak daun : Tersebar (folia sparsa)
Rumus daunnya : 2/5

b.   Menurut literatur

450px-Hibiscus_rosa-sinensis_flower_2.JPG
 
Keterangan:
1.      Tangkai
2.      Daun




(Sumber: Anonim A. 2014)
c.   Bagan tata letak daun ranting kembang sepatu dengan rumus 2/5,
      sudut divergensi 2/5 x 360o = 144o.


Reserved: 2/5 x360°=144°
(360°)/5=72°






Keterangan:
a.       Garis Ortostik
b.      Garis spiral
c.       Daun


Diagram  tanaman Kembang Sepatu :
1.      Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.
2.      Rumus daunnya adalah 2/5. Sudut divergensi 2/5 × 3600 = 1440.
3.      Termasuk daun lengkap.
4.      Jumlah daun pada tiap buku 1 daun.
d.      Diagram


 





Keterangan:
a.       Garis ortostik
b.      Garis spiral
c.       Daun





2.      Ranting alamanda (Allamanda cathartica L.)
a.       Gambar


 


Keterangan:
1.      Tangkai
2.      Daun



Tata letak daun : berkarang (folia verticillata)
Rumus daun : -

b.      Menurut literatur




images.jpg
 
 



Keterangan:
1.      Tangkai
2.      Daun




      (Sumber: Anonim B. 2014)
1.      Termasuk daun tidak lengkap.
2.      Jumlah daun pada tiap buku 5.
3.      Jumlah daun keseluruhan 15.
4.      Tata letaknya berkarang, tidak memiliki rumus daun.

3.      Tumbuhan pandan (Pandanus sp)
a.       Gambar


 


Keterangan:
1.      Tangkai
2.      Daun



                        Tata letak daun : Spirostik
                        Rumus daunnya : -
b.     
 
Menurut literatur
Keterangan:
1.      Daun







(Sumber: Anonim C. 2014)
1.      Termasuk daun yang duduk (sessilis) atau tidak lengkap
2.      Ortostik memutar atau spiral
4.      Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus)
a.       Gambar


 


Keterangan:
a.       Tangkai
b.      Daun
Tangkai




Tata letak Daun : Tersebar (folia sparsa)
Rumus daunnya : 2/5

b.      Menurut literatur





 



Keterangan:
a.       Daun
b.      Tangkai



(Sumber: Anonim D. 2014)
1.      Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.
2.      Rumus daunnya adalah 2/5. Sudut divergensi 2/5 × 3600 = 1440.
3.      Termasuk daun tidak lengkap.
4.  Jumlah daun pada tiap buku 1 daun.
c.   Bagan tata letak daun bayam dengan rumus 2/5, sudut divergensi 2/5 x 360o  = 144o.


Reserved: 2/5 x360°=144°
(360°)/5=72°
                   


Keterangan :
a.       Garis ortostik
b.      Garis spiral
c.       Daun


d.   Diagram  tanaman Bayam :
1.      Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.
2.      Rumus daunnya adalah 2/5.
3.      Sudut divergensi 2/5 × 3600 = 1440.



 





Keterangan:
a.       Garis ortostik
b.      Garis spiral
c.       Daun


5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
a.       Gambar
Keterangan:
a.       Daun
b.      Tangkai





                        Tata letak daun  :  Tersebar (folia sparsa)
                        Rumus daunnya :  3/8
b.      Menurut literatur



carica_papaja2914.jpg
 
 


Keterangan:
a.       Daun
b.      Tangkai



(Sumber: Anonim E. 2014)
1.      Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.
2.      Rumus daunnya adalah 3/8. Sudut divergensi 3/8 × 3600 = 1350.
3.      Termasuk daun tidak lengkap.
4.      Jumlah daun pada tiap buku 1 daun.

c.       Bagan tata letak daun pepaya dengan rumus 3/8,  sudut divergensi 3/8 x 360 = 1350.








Flowchart: Document: 3/8 x360°=135°
(360°)/8=45°



 











Keterangan :
a.       Garis ortostik
b.      Garis spiral
c.       Daun











d.      Diagram tanaman tata letak pepaya (carica papaya)
1.      Rumus tata letak daun 3/8, sudut divergensi 3/8 x 360  = 1350.
2.      Duduk daun pada batang tersebar.



Flowchart: Document: 3/8 x360°=135°
(360°)/8=45°
 
                                                                                   



                                                                                   
                                                                                    Keterangan :
a.       Garis ortostik
b.      Garis spiral
c.       Daun


 













V.       ANALISIS DATA
1.   Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Klasifikasi:
Kingdom         :Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Malvales
Family             : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Species            : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Sumber: Steenis, 2003)
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari pengamatan daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) adalah termasuk daun tidak lengkap karena mempunyai tangkai daun, helaian daun dan tidak mempunyai pelepah daun.Setelah kami amati, jumlah daun pada tiap buku sebanyak satu daun dan tersebar. Daun ini setelah kami amati mempunyai rumus daun yaitu 2/5 yaitu kita melihat daun pertama letaknya sama dengan daun ke enam begitu juga daun ke dua sama dengan daun ke tujuh, karena melewati 5 daun. Sudut divergensinya 2/5 x 360˚=144˚.
Di habitat alam, tanaman sepatu tumbuh sebagai tanaman perdu tahanan (perennial). Susunan tubuh terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman sepatu ini memumpunyai akar tunggang coklat muda. Batangnya bulat, berkayu, keras , berdiameter kurang lebih 9cm. Daunya tunggal, tepi beringgit, ujungnya runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16 cm dan lebarnya 5-11 cm berwarna hijau muda dan hijau. Bunganya berbentuk terompet, diketiak daun bewarna hijau kekuning-kuningan, mahkota terdiri dari 15-20 daun mahkota, berwarna merah muda. Buahnya kecil lonjong berdiameter kurang lebih 4 meter masih muda berwarna putih setelah tua berwarna coklat. Bijinya pipih dan putih (Sebastian, 2008). Daun, bunga dan akar kembang sepatu (Hibicus rosasinensis) mengandung flavoinida, disamping itu daunnya mengandung sponin dan polifenal. Daun ini berkhasiat sebagai obat demam pada anak, obat batuk dan obat sariawan (Muzayyinah, 2008).
Daun kembang sepatu merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang kembang sepatu terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun sepatu adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Untuk mengetahui rumus daun kembang sepatu diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak. Ada 5 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang kembang sepatu hingga mencapai daun yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun (divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:

2.      Ranting alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Gentianales
Family             : Apocynaceae
Genus              : Allamanda
Species            : Allamanda cathartica L.
(Sumber: Steenis, 2003)
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari daun alamanda (Allamanda cathartica L) adalah termasuk daun berkarang (folio verticillata),Struktur batang merupakan pohon berkayu keras penampangya bulat, bercabang dan beranting banyak. Sehingga bila tanaman. Ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 15 meter. Pada bagian batang cabang ataupun ranting terdapat duri-duri (spina) yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat. Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal. Bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dan putih bercampur kekuning-kuningan. Hal ini yang menarik dari tanaman alamanda adalah karakteristik bunganya yaitu bunga asli dan palsu (bractea) (Rukmana, 1995). Pada tiap-tiap batang tanaman alamanda terdapat empat daun yang dengan demikian tata letak daun adalah berkarang. Oleh karenanya tidak dapat menentukan rumus daun alamanda ini.
Menurut Gembong Tjitrosoepomo dalam bukunya Morfologi Tumbuhan (2009: 11), tata letak daun yang demikian ini dinamakan: berkarang (folia verticillata), dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.). oleander (Nerium oleander L.).

3.      Tumbuhan pandan (Pandanus sp)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Pandanales
Family             : Pandanaceae
Genus              : Pandanus
Species            : Pandanus sp
(Sumber: Steenis, 2003)
Morfologi daun pandan yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan bawah dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan hijau tua, daun bentuk pita berpelepah. Tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar, akibatnya ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik atau disebut trispirotik. Oleh karena itu, tanaman pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.

4.      Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Caryophyllales
Family             : Amaranthaceae
Genus              : Amaranthus
Species            : Amaranthus spinosus L.
(Sumber: Steenis, 2003)
Daun bayam merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Untuk mengetahui rumus daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak. Ada 5 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang bayam hingga mencapai daun yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun (divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:

5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Violales
Family             : Caricaceae
Genus              : Carica
Species            : Carica papaya L.
(Sumber: Steenis, 2003)
Daun pepaya merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Untuk mengetahui rumus daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak. Ada 8 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga telah tiga kali mengelilingi batang pepaya hingga mencapai daun yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 3/8, itulah rumus daun (divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:

VI.             KESIMPULAN
1.      Tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan berkarang.
2.      Rumus daun daun dapat dilihat dari daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
3.      Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.) rumus daunnya a/b = 2/5, sudut disvergensinya 2/5 x 360° = 144°
4.      Tumbuhan pepaya (Carica papaya L.), rumus daunnya a/b = 3/8, sudut disvergensinya 3/8 x 360° = 135°
5.      Tumbuhan alamanda (Allamanda cathartica L.) letak daunnya berkarang atau tersusun dalam satu lingkaran sehingga sulit ditentukan rumus daunnya.
6.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.) merupakan spirostik yang tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
7.      Tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang.
8.      Tumbuhan Pepaya memilki tipe percabangan monopodial dan merupakan tumbuhan bineal, daun berjejal pada ujung batang dan ujung cabang yang merupakan roset batang.
9.      Tumbuhan Alamanda mempunyai bentuk batang bulat, upih daun tidak ada, tangkai daun silindris, sisi atas tegak pipih dan menebal pada pangkalnya. Arah tumbuh batang tegak menuju ke atas.








VII.    DAFTAR PUSTAKA
-cathartica.html Diakses 9 Maret 2014.
Anonim, D. 2013. http://www.herbalextractcn.com/product.asp?id=205 Diakses 10 Maret 2013.
Anonim, E. 2013. http://toptropicals.com Diakses 9 Maret 2014.
Diakses 9 Maret 2014.
Muzayyinah. 2008. Terminologi Tumbuhan. Surakarta: UNS Press
Sebastian. 2008. Kembang Sepatu. Jakarta: Word Press.
Sri Amintarti. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.
Steenis, Van C.G.G.J. 2003. Flora. Jakarta: Pradaya Paramitha
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar